TOP PICTURE
Tiga Kawasan Peninggalan Belanda
Potensi Pariwisata Mancanegara Unggulan
Mess Afdeling di Perkebunana Tanah Itam Ulu di Kecamatan Lima Puluh, masih terawat dan asri (foto.taufikabdihidayat) |
Diperkirakan
sebanyak tiga kecamatan yakni Desa Perkebunan Tanah Itam Ulu Kecamatan
Lima Puluh, Desa Perkebunan Kuala Gunung Kecamatan Datuk Lima Puluh dan
Kelurahan Labuhan Ruku Kecamatan Talawi dapat dijadikan kawasan Situs
Peninggalan Sejarah Era Belanda.
Pasalnya tiga kecamatan ini masih meninggalkan sisa bangunan dan
gedung peninggalan era Belanda, yang masih terjaga dan terawat, guna
menghindari kepunahan situs cagar budaya dan sejarah.
Seperti halnya di kawasan Perkebunan Tanah Itam Ulu Kecamatan Lima Puluh, masih banyak gedung peninggalan diPT. Perkebunan Negara IV Tanah Itam Ulu era Belanda masih terawat dan masuk dalam pengawasan pihak managemen perkebunan.
Demikian pengakuan Asisten SDM PT. Perkebunan Negara IV Tanah Itam Ulu Novita Rahmasari Arbi di ruang kerjanya, Kantor SDM Perkebunan Tanah Itam Ulu.
Sejak penguasaan lahan Kampung Melinjo Tahun 1911, Belanda menanam sawit dalam membangun perkebunan, bahkan disebutsebut perkebunan sawit Tanah Itam Ulu ini untuk pertamakalinya ditanam dikawasan ini dengan nama Perkebunan Tanah Itam Ulu.
Kemudian Belanda Tahun 1918 membangun kawasan pabrik pengolahan buah sawit dan Gudang penyimpanan barang maupun olahan pabrik.
Rumah pengurus/ Administratur bagi pengelola perkebunan. Sebelum mess ini dibangun Tahun 1918(foto.taufikabdihidayat) |
Rumah Pengurus Adminstratur
Rumah
pengurus/ Administratur bagi pengelola perkebunan. Sebelum mess ini
dibangun Tahun 1918 pada tahun 1911 penguasaan wilayah lahan penanaman
sawit dilakukan pemerintah Belanda.
Dan disebut sebut bahwa wilayah ini
merupakan bagian wilayah perbatasan Kedatukan Pesisir dan Kedatukan Lima
Puluh, yang pada akhirnya direbut oleh kedatukan Lima Puluh. Hingga
kini Mess Afdeling ini masih terawat dan terjaga keasliannya dan belum
ada perobahan bentuk dari aslinya.
Gudang Pabrik Era Belanda ini awalnya memiliki gedung induk dan kini masih tetap sesuai dengan aslinya.(foto.taufikabdihidayat) |
Gudang Pabrik Era Belanda ini awalnya memiliki gedung induk 20 meterx 10 meter diera belanda dan kemudian dilakukan pernambahan kapasitas gedung dengan tidak merubah karakter asli dari gedung tersebut.
Hanya saja ada dua gedung pabrik dan pendukungnya yang masih bertahan. Sementara gudang tempat penyimpanan mesin pabrik pada tahun 2018 pihak managemen merobohkan gedung tersebut dengan alasan keselamatan.
Menurut, Asisten SDM PT. Perkebunan Negara IV Tanah Itam Ulu Novita Rahmasari Arbi, Mess Afdeling Perkebunan Tanah Itam Ulu Era Belanda dahulunya digunakan sebagai rumah pengurus/ Administratur bagi pengelola perkebunan.
Pipa dan Sumur Bor Era Belanda di Perkebuanan TIU (foto.taufikabdihidayat) |
Sumur air Era Belanda di Perkebuanan TIU (foto.taufikabdihidayat) |
Sebelum mess ini dibangun Tahun 1918 pada tahun 1911 penguasaan wilayah lahan penanaman sawit dilakukan pemerintah Belanda.
Dan disebut sebut bahwa wilayah ini merupakan bagian wilayah perbatasan Kedatukan Pesisir dan Kedatukan Lima Puluh, yang pada akhirnya direbut oleh kedatukan Lima Puluh. Hingga kini Mess Afdeling ini masih terawat dan terjaga keasliannya dan belum ada perobahan bentuk dari aslinya.
Tabung Air Era Belanda di Perkebuanan TIU (foto.taufikabdihidayat) |
Kartel Penampung Air untuk mesin tenaga uap Era Belanda di Perkebuanan TIU (foto.taufikabdihidayat) |
Kemudian Belanda Tahun 1918 membangun kawasan pabrik pengolahan buah sawit diantaranya membutuhkan kapasitas air untuk pendukung pengelolaan air pabrik kelapa sawit dengan cara membuat Sumur Bor Air Era Belanda sebanyak tiga titik dan bak penampung.
Belakangan hanya 1 titik sumur bor yang berfungsi untuk keperluan para karyawan kebun sementara 2 titik sumur bor dan bak penampungan air sudah tidak difungsikan lagi.
Gedung Mess Afdeling PT Perkebunan Kuala Gunung, Era Belanda (foto.taufikabdihidayat) |
Sebelumnya dibangun Gedung Mess Afdeling PT Perkebunan Kuala Gunung, wilayah ini menjadi bagian terpenting dalam penguasaan Belanda dalam penguasaan wilayah perkebunan, dimana diarea ini merupakan wilayah perbatasan antara kedatukan Tanah Datar dan Kedatukan Lima Puluh.
Munculnya wilayah dengan nama Desa Antara, Kuala Gunung dan Pulo Besar ini memiliki historis sejarah yang mendukung sejarah tarik menarik kekuasaan diera Belanda guna propaganda penguasaan wilayah perkebunan.
Gedung Kantor dan Mess Afdeling Kuala Gunung ini merupakan gedung terbesar dari 4 gedung milik Belanda pada masa itu, dan hanya gedung ini saja yang bertahan, sementara lainnya sudah hancur.
Satu gedung diantaranya berada didepan Jalan Lintas Sumatera, berbatasan wilayah dengan Desa Kuala Gunung dan Desa Antara, yakni sekira 2 kilometer dari gedung ini.
Gedung Aula Pertemuan Afdeling PT Perkebunan Kuala Gunung, Era Belanda (foto.taufikabdihidayat) |
Dibentuk untuk pertama kalinya Tahun 1912, bangunan ini untuk operasional administrasi perkebunan Karet Era Belanda. Gedung masih sesuai aslinya belum pernah direhab. Baik daun pintu dan jendela masih bawaan gedung. Gedung ini memiliki dua lantai dimana difungsikan sebagai tempat tinggal sekaligus Kepala Administrator Perkebunan.
Tidak ada informasi yang pasti dari keberadaan ini, karena gedung ini sudah lama ditinggalkan dan tidak difungsikan oleh pihak managemen perkebunan, hanya saja belakangan ini gedung ini ditempati pihak kesatuan untuk mess latihan dan pengamanan wilayah.
Bak Air PT Perkebunan Kuala Gunung, Era Belanda (foto.taufikabdihidayat) |
Dua sumur ini diyakini masyarakat dan pengelola perkebunan keramat karena sudah berulang kali dirobohkan bangunan tetap bertahan.
Sumur Air PT Perkebunan Kuala Gunung, Era Belanda (foto.taufikabdihidayat) |
Jembatan Rel Kereta Api Era Belanda dekat dengan Stasiun Lima Puluh merupakan salah satu stasiun terminal unit kereta Api di Batu Bara yang bentuk fisik dan ornamentnya masih tetap bertahan, bangunan era Pemerintah Kolenial Belanda dibangun sekira abad 19 awal.
Jembatan Rel Kereta Api Era Belanda dekat dengan Stasiun Lima Puluh merupakan salah satu stasiun terminal unit kereta Api di Batu Bara (foto.taufikabdihidayat) |
Jembatan ini , pernah digunakan untuk strategi perang melawan pemerintah Belanda, bahkan menurut keyakinan warga kawasan Jembatan Rel Kereta Api anker, mengingat sejarah pembangunannya banyak korban berjatuhan dalam kerja paksa dan masa Revolusi 30.S/PKI sebagai tempat pembantaian para korban terlibat partai komunis .
Stasiun Lima Puluh PT. Kereta Api Persero Kec. Lima Puluh, Kab. Batu Bar. (foto.taufikabdihidayat) |
Perkakas kereta api seperti, tuas pengatur alur rel, timbangan barang dan gerobak barang era Belanda masih bertahan hingga kini dan masih terawat rapi. Dahulu stasiun ini diminati masyarakat sebagai moda transportasi penumpang secara massal.
Demikian menurut riwayat Kepemilikan Kepala Stasiun Lima Puluh PT. Kereta Api Persero Kec. Lima Puluh, Kab. Batu Bara dijabat Rahmad Hidayat melalui Nopem Fahrizal.
Saat ini gedung dibangun era belanda difungsikan untuk kompleks rumah dinas Polsek Labuhan Ruku.(foto.taufikabdihidayat) |
Kantor Dinas Eks Belanda di Labuhan Ruku sebelah Barat memilik satu unit gedung yang pada masa itu digunakan sebagai kantor perwakilan keresidenan bidang peradilan untuk Kawasan Under Ofderling Batu Bara.
Saat ini gedung dibangun era belanda difungsikan untuk Gedung Museum Daerah Kabupaten Batu Bara.(foto.taufikabdihidayat) |
0 Response to "TOP PICTURE"
Post a Comment
Tinggalkan komentar dengan bijak tidak berbau pornografi dan aksi,sara dan berbau politik