Era Kedatukan Puluhan Jenis Layang Kebanggaan
"Surut Berpantang Tradisi Layangan"
KAMPONGMUSEUM-BATU BARA
"Surut Berpantang, Tradisi Layangan", nampaknya tradisi bermain layang di kawasan negeri berpenghuni para datuk ini lagi demam layangan tradisional, yang dahulu pernah menjadi kebanggaan masyarakat Batu Bara, bahkan puluhan jenis layangan tradisional masih tetap bertahan hingga kini jenis dan bentuknya yang khas dengan tradisi bermain layangan di Batu Bara.
Layangan atau layang layang sebagian rumpun Melayu di semenanjung Malaya menyebutnya Wau, atau sendaren. Jenis layangan yang satu ini, berbahan dasar lembaran kertas warna atau kertas minyak berukuran lembnaran yang tipis, dengan penyangga kerangka berbahan dasar bambu atau rotan, dengan simpulan benang diantara beberapa sisi, sesuai dengan bentuk dan keinginan pembuat layang.
Kemudian, setelah layangan khas melayu ini selesai, maka tahapan selanjutnya diterbangkan ke udara dengan menghubungkan dengan benang nilon atau tangsi, ke pengait layang, dan pengendali layangan, hingga akhirnya layang terbang dikendali seorang pemain layangan yang dalam permainanya membutuhkan lapangan yang luas.
Dikawasan Batu Bara, hampir setiap tahuan atau pada musim layangan tertentu, permainan layang Wau atau Sendaren, kerap selalu menjadi pemandangan yang selalu terlihat khususnya diwilayah wilayah yang luas atau lapangan bola kaki, sering menjadi tempat bermain layang layang tradisional ini.
Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Nibung Hangus dan Kecamatan Talawi misalnya, saat ini sedang demam perlombaan layang layang. Bahkan, pada tahun tahun sebelumnya, Batu Bara sering dijadikan event atau perlombaan layang tradisional bersekala internasional.
Menurut Pemerhati Permainan Tradisional yang juga keturunan Kedatukan Lima Laras Ke 11 Datuk Muhammad Yudha yakni, Datuk Zainuddin, Rabu, kemarin, menjelaskan, saat ini Batu Bara lagi demam layangan tradisional, diantaranya Layangan yang tampil dan sering dipermainkan masyarakat diantaranya Layang Jalagudi, Layang Sri Bulan, Layang Kepetek, Layang Tunggung, Layang Patik Bawal dan lainnya.
Menurut adat istiadat masyarakat melayu Batu Bara, bermain layangan tradisional menjadi kebanggaan keluarga raja, para datuk maupun masyarakat melayu Batu Bara pada waktu itu, selain dengan tampilan layang yang menarik, kemampuan layang yang mampu menjaga keseimbangan saat angin tak kencang dan kencang menjadi penilaian tersendiri dalam bermain layang tradisional.
"Jika pulang sekolah, saat ini anak anak Desa Bagan Dalam, bermain layangan, dan tentunya selain sifatnya hiburan, peran serta permainan layang tradisional ini sangat mendidik generasi muda untuk tetap mencintai tradisi leluhurnya, dari sisi permainan tradisional", ujarnya.
Apalagi, katanya, era digital saat ini, generasi kita selalu dihadapkan dengan android, atau getjad, sehingga kini jati dirinya sebagai masyarakat mulai hilang, karenanya tradisi permainan tradisional sepeerti layang ini perlu dilestarikan guna menghempang pengaruh luar terhadap permainan tradisi yang kita miliki.
Sementara itu, salah satu IO yang pernah menggagas turnamen Layang Internasional yang juga Sekretaris Lembaga Generasi Melayu Batu BaraMuhammad Nurdin menceritakan, Tahun 2018 Batu Bara menggelar perlombaan layang layang bertaraf internasional oleh Komunitas Insan Tradisional Olah Raga (KITO) Batu Bara di Pantai Sujono Perjuangan, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara, diikuti Singapura, Malaysia, Jakarta, dan Riau.(taufikabdihidayat)
Foto Anak muda Desa Bagan Dalam Bangga dengan Permainan Tradisional Layangannya.(foto.Muhammadnurdin) |
KAMPONGMUSEUM-BATU BARA
"Surut Berpantang, Tradisi Layangan", nampaknya tradisi bermain layang di kawasan negeri berpenghuni para datuk ini lagi demam layangan tradisional, yang dahulu pernah menjadi kebanggaan masyarakat Batu Bara, bahkan puluhan jenis layangan tradisional masih tetap bertahan hingga kini jenis dan bentuknya yang khas dengan tradisi bermain layangan di Batu Bara.
Layangan atau layang layang sebagian rumpun Melayu di semenanjung Malaya menyebutnya Wau, atau sendaren. Jenis layangan yang satu ini, berbahan dasar lembaran kertas warna atau kertas minyak berukuran lembnaran yang tipis, dengan penyangga kerangka berbahan dasar bambu atau rotan, dengan simpulan benang diantara beberapa sisi, sesuai dengan bentuk dan keinginan pembuat layang.
Kemudian, setelah layangan khas melayu ini selesai, maka tahapan selanjutnya diterbangkan ke udara dengan menghubungkan dengan benang nilon atau tangsi, ke pengait layang, dan pengendali layangan, hingga akhirnya layang terbang dikendali seorang pemain layangan yang dalam permainanya membutuhkan lapangan yang luas.
Dikawasan Batu Bara, hampir setiap tahuan atau pada musim layangan tertentu, permainan layang Wau atau Sendaren, kerap selalu menjadi pemandangan yang selalu terlihat khususnya diwilayah wilayah yang luas atau lapangan bola kaki, sering menjadi tempat bermain layang layang tradisional ini.
Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Nibung Hangus dan Kecamatan Talawi misalnya, saat ini sedang demam perlombaan layang layang. Bahkan, pada tahun tahun sebelumnya, Batu Bara sering dijadikan event atau perlombaan layang tradisional bersekala internasional.
Menurut Pemerhati Permainan Tradisional yang juga keturunan Kedatukan Lima Laras Ke 11 Datuk Muhammad Yudha yakni, Datuk Zainuddin, Rabu, kemarin, menjelaskan, saat ini Batu Bara lagi demam layangan tradisional, diantaranya Layangan yang tampil dan sering dipermainkan masyarakat diantaranya Layang Jalagudi, Layang Sri Bulan, Layang Kepetek, Layang Tunggung, Layang Patik Bawal dan lainnya.
Menurut adat istiadat masyarakat melayu Batu Bara, bermain layangan tradisional menjadi kebanggaan keluarga raja, para datuk maupun masyarakat melayu Batu Bara pada waktu itu, selain dengan tampilan layang yang menarik, kemampuan layang yang mampu menjaga keseimbangan saat angin tak kencang dan kencang menjadi penilaian tersendiri dalam bermain layang tradisional.
"Jika pulang sekolah, saat ini anak anak Desa Bagan Dalam, bermain layangan, dan tentunya selain sifatnya hiburan, peran serta permainan layang tradisional ini sangat mendidik generasi muda untuk tetap mencintai tradisi leluhurnya, dari sisi permainan tradisional", ujarnya.
Apalagi, katanya, era digital saat ini, generasi kita selalu dihadapkan dengan android, atau getjad, sehingga kini jati dirinya sebagai masyarakat mulai hilang, karenanya tradisi permainan tradisional sepeerti layang ini perlu dilestarikan guna menghempang pengaruh luar terhadap permainan tradisi yang kita miliki.
Sementara itu, salah satu IO yang pernah menggagas turnamen Layang Internasional yang juga Sekretaris Lembaga Generasi Melayu Batu BaraMuhammad Nurdin menceritakan, Tahun 2018 Batu Bara menggelar perlombaan layang layang bertaraf internasional oleh Komunitas Insan Tradisional Olah Raga (KITO) Batu Bara di Pantai Sujono Perjuangan, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara, diikuti Singapura, Malaysia, Jakarta, dan Riau.(taufikabdihidayat)
0 Response to "Era Kedatukan Puluhan Jenis Layang Kebanggaan"
Post a Comment
Tinggalkan komentar dengan bijak tidak berbau pornografi dan aksi,sara dan berbau politik